Seringkah Anda sakit kepala sepulang kerja? Sakit kepala rutin inipatut diwaspadai karena berkaitan dengan polusi udara dari asapkendaraan bermotor. Dampaknya minimal ada tiga. Kesatu, mengganggukesehatan khususnya anak-anak, lansia, dan wanita hamil. Kedua,merusak pertanian, bangunan, kendaraan akibat hujan asam (acid rainatau acid deposition). Ketiga, rugi finansial untuk berobat,produktivitas berkurang karena sakit, perbaikan gedung dan kendaraankarena karat, dan kerusakan pertanian-perkebunan. Semua pencemar udara tersebut bisa menyebar di luar dan di dalam rumahatau gedung yang sumbernya bukan hanya akibat perbuatan manusia(antropogenik) tapi juga ada yang alamiah (natural). Namun sayang,kita banyak terpaku pada pencemaran udara di luar gedung (outdoor airpollution) saja. Padahal jenis dan konsentrasi pencemar udara di dalamgedung (indoor air pollution) bisa lebih besar sehingga kekerapaninsidensinya pun lebih besar. The sick building syndrome, istilahuntuk sakit akibat terlalu lama berada di dalam gedung yang salahsatunya terkait dengan kualitas udara adalah satu di antara dampaknya.Kualitas udara memburukAda delapan jenis polutan (pencemar) udara di dalam rumah yangberbahaya. Lima jenis di antaranya punya efek akut yakni CO,formaldehid, uap organik, partikulat dan mikroba dan tiga jenislainnya berefek kronis yaitu asbes, radon dan CO2. Namun demikian,bukan berarti polutan selain kelompok delapan itu tidak penting karenatetap saja ada dampak buruknya. Kalau dipilah, ada lima penyebab mengapa kualitas udara di dalamgedung bisa memburuk. Yang pertama, karena secara alamiah ada gasberbahaya yang muncul di dalam rumah atau gedung. Radon misalnya, gasini tergolong radioaktif. Ia bisa muncul dari bebatuan atau tanah yangmasuk lewat retakan atau celah-celah di bawah rumah atau pondasi.Apalagi kalau di daerah itu sering terjadi gempa bumi. Dan kanker paruadalah dampaknya terutama setelah peluruhan radioaktif. Yang kedua, karena ada zat kimia yang mudah menguap (uap organik) ataubiasa dikenal dengan VOC (volatile organic compounds). Biasanyasenyawa ini berujud hidrokarbon, mengandung karbon, oksigen, hidrogen,klor atau unsur-unsur lainnya. Sumbernya adalah pada proses furnishingruang, emisi dari bahan kimia di dalam mebel, karpet, lem, cat,pelarut (solvent), tripleks (plywood) atau partickleboard lainnya,pembersih lantai, penyegar udara dan dekomposisi material bangunan. Yang ketiga, kegiatan memasak di dapur. Kalau menggunakan kayu api,selain CO2 juga banyak dihasilkan partikulat yang beterbangan ke semuaruang sehingga jelaga menghitam di dinding dan plafon. Begitu pulaminyak tanah, briket batubara, lilin dan gas elpiji. Secara normal,rentang konsentrasi CO2 di udara ambien adalah 0,03% - 0,04% byvolume. Tapi konsentrasinya bisa menjadi dua kalinya di kota atau didaerah industri. Di negara-negara Eropa, konsentrasi maksimum yangdiizinkan di ruangan adalah 0,1% by volume yang disebut angkaPettenkofer. Sedangkan di AS, batas atasnya sampai dengan 0,25%.Selain CO2, bahan bakar itu pun menghasilkan CO (karbon monoksida),gas berbahaya, terutama ketika warna api kekuningan atau merah muda,bukannya biru. Yang keempat, karena rumah atau gedung yang dibangun terlaluberorientasi hemat energi sehingga meniadakan ventilasi untuksirkulasi udara. Padanya, udara luar tidak bisa masuk sebaliknya yangdi dalam pun tak bisa ke luar. Jendela-jendela pun ditutup atau bahkandi-seal, tembok dan plafon dipasangi isolasi dan bangunan dibuat kedapudara. Karena itu, mikroba (bakteri, jamur) yang sempat berbiak akankian leluasa menyerang penghuninya.Yang kelima, karena terlalu lama berada di dalam rumah yang terpolusidan jumlah penghuni atau populasinya juga tinggi. Populasi adalahvariabel pada kualitas udara di dalam ruang selain kecepatan aliranudaranya. Makin lama berada di dalam ruangan berpencemar, makin banyakpula kita terpapar polutan tersebut. Atau bisa juga karena polutandari udara luar masuk ke rumah secara alamiah lewat ventilasi.Misalnya dari jalan yang lalu lintasnya padat, pabrik atau homeindustry di sekitarnya. Opsi solusiSejumlah penyebab penurunan kualitas udara di dalam ruang seperti diatas, ada yang mudah ditanggulangi tapi ada juga yang relatif sulit.Beberapa di antaranya bisa dikendalikan di sumbernya atau denganmengubah kondisi ruang karena ikut berpengaruh pada penyebaran polutanseperti bentuk, dimensi dan konfigurasinya.Yang paling mudah dan kalau mungkin, hindari penggunaan material yangpotensial sebagai sumber pencemar udara. Asbes, mineral magnesiumsilikat yang telah diproses jadi berbentuk serat misalnya, meski tidakbisa terbakar tapi sebaiknya dihindari penggunaannya untuk atap rumah.Juga gunakan dan simpanlah produk berbahaya yang mudah menguap sesuaidengan petunjuk pada kemasannya. Tapi kalau bisa, gantilah denganproduk yang tidak berbahaya. Termasuk, jangan merokok di dalam ruangatau hentikan sama sekali dan jangan membeli mebel dari tripleks atauparticleboard lainnya. Kalau dapat, ceklah apakah ada gas radon didalam rumah dengan menggunakan test kit. Kalau ada, apalagi tinggikadarnya maka mau tak mau mesti pindah atau pondasi rumah diperbaikidan pasanglah pelindung (seal).Selain itu, jika memungkinkan, pisahkanlah ruang dapur dengan ruanglainnya. Sediakan ventilasi yang baik dan memenuhi syarat di dapur,kamar tidur atau pun di ruang tamu. Makin banyak ventilasi tentu makinbagus untuk mengencerkan polutan di dalam ruang. Selain itu ventilasijuga berfungsi untuk pencegahan kebakaran atau ledakan, kenyamanan,penerangan siang hari dan untuk memandang ke luar. Juga sangat dianjurkan memasang kisi-kisi atau exhausted fan ataucerobong asap utamanya di dapur atau gudang atau pada rumah yangtertutup karena berdempetan seperti di kompleks-kompleks perumahan.Kecuali kalau kondisinya sudah ventilable, karena banyak ruang kosongdan udara dapat mengalir dengan bebas.Yang terakhir, bukalah semua jendela dan pintu setiap pagi selamamungkin, buatlah petak-petak hijau (green area) dengan menanampepohonan atau perdu di sekitar rumah. Bisa juga dengan pot-pot bungaagar kesegaran bertambah dari oksigen hasil fotosintesisnya.
*** Penulis, peneliti di Enviro Intelligence Center (EIC), Jurusan TeknikLingkungan, Univ. Kebangsaan Bandung. (HSE-Club-Indonesia)
Comments :
0 komentar to “The Sick Building Syndrome”
Posting Komentar